Keterampilan apa yang paling membantu anak kita sukses secara akademis maupun dalam kehidupan? Secara umum EQ (Emotional Intelligence Quotient) berperan lebih penting daripada IQ (Intelligence Quotient). Anak-anak yang tumbuh dengan EQ tinggi berani untuk mengambil karir yang menantang dan membangun hubungan yang memuaskan.
Semakin banyak kalangan pendidik mengakui bahwa siswa yang menerima pendidikan akademis semata, tetapi kurang pendidikan Kecerdasan Emosional, maka kemungkinan kurang mampu menghadapi tantangan masa depan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kecerdasan emosi merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
Apa itu Emosi?
Emosi adalah rangsangan untuk bertindak. Tingkat Emosi yang tinggi seperti cinta, rasa takut atau marah mudah untuk diidentifikasi. Ada beberapa emosi yang kompleks dan karena itu sulit untuk mengenalinya. Beberapa dapat berlangsung selama beberapa menit saja, tapi ada yang sampai berminggu-minggu lamanya.
Emosi adalah naluri bertahan hidup yang penting. Semua hewan memiliki pengalaman emosional yang serupa dengan manusia, perbedaannya hanyalah manusia memiliki kapasitas yang lebih dalam memikirkan dan mengendalikan emosi.
Apa itu Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)?
Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi tersebut sebagai pedoman untuk mempersiapkan kepada yang lebih baik, membuat keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan menikmati kesehatan yang lebih baik, hubungan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih bahagia.
Emotional Intelligence (EI) sering diukur sebagai Emotional Intelligence Quotient (EQ).
Social and emotional learning (SEL) adalah proses belajar untuk mencapai EQ yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa EQ adalah alat prediksi terbaik dari prestasi masa depan anak; lebih baik daripada faktor apa pun. Sebagian orang mengatakan bahwa EQ adalah alat prediksi yang lebih baik atas kesuksesan daripada IQ atau kombinasi keterampilan tekhnis.
Mengapa harus Mengembangkan Emotional Intelligence?
Walaupun prestasi akademik sangat penting, ada banyak hal-hal lain yang lebih penting dalam hidup kita. Kestabilan emosional tidak hanya berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga pada kesehatan fisik yang lebih baik, keluarga bahagia dan pengalaman kerja yang memuaskan dalam hidup kita.
Anak-anak yang memiliki Kecerdasan Emosional (EQ) yang tinggi biasanya lebih menonjol dari yang lain. Mereka lebih baik dalam mengendalikan dorongan hati, komunikasi, dalam membuat keputusan bijaksana, dalam memecahkan masalah, dan bagaimana bekerja dengan orang lain, yang mengakibatkannya lebih sehat, lebih bahagia dan lebih sukses kehidupannya.
Bagaimana Orangtua dapat Bantuan Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak-Anak
Dibandingkan dengan IQ, EQ seorang anak bisa dipupuk oleh berbagai metode terbukti secara ilmiah.
Bagaimana kita mendidik kita? Hal ini tergantung pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita ajarkan kepada mereka dalam kehidupan. Hal ini bergantung pada jenis pengalaman kita sebagai orangtua, tergantung bagaimana kualitas lingkungan anak-anak kita. Di samping itu, terkait juga dari berapa banyak waktu dan kualitas yang kita berikan kepada mereka setiap hari.
Kebutuhan Emosional apa yang Diperlukan anak?
Saya pikir mengenal dan memahami anak kita adalah langkah pertama.
Seorang bayi yang baru lahir ingin selalu dekat ibunya, karena dia ingin merasa aman. Anak 3 tahun mulai menggambar lingkaran yang mungil - menjadi bersemangat untuk menunjukkan kepada Anda dan ingin mendengar pujian; anak ingin diterima. Anak 5 tahun, membantu ibu untuk mengatur meja makan – berusaha untuk menunjukkan nilainya, ingin menjadi berguna, dihargai, dan dicintai. Seiring dengan pertumbuhannya anak mulai meningkat pada hal yang lebih tinggi lagi dalam mengisi kebutuhan emosional mereka seperti kebutuhan untuk merasa bebas, ingin merdeka, ingin mengambil tantangan, memiliki kreativitas, keberhasilan dll.
Menyadari bahwa semua kebutuhan itu penting bagi emosional mereka adalah merupakan awal yang baik. Untuk kebutuhan emosioal anak yang berbeda dari ke hari itu, orang tua harus selalu ada untuk mereka dengan cara-cara yang berbeda pula.
Seperti apa Keadaan emosional anak yang baik?
* Mengutarakan perasaan mereka dengan jelas dan langsung
* lebih bisa mengendalikan dorongan-dorongan dan keinginan mereka.
* Tidak didominasi oleh emosi negatif seperti rasa takut, kekhwatiran, rasa bersalah, rasa malu, Kekecewaan, rasa putus asa, merasa tidak berdaya, Ketergantungan, pembohongan, Putus Asa.
* Bisa menyeimbangkan perasaan dengan alasan, logika, dan kenyataan.
* Percaya diri
* Independen (mandiri)
* Bisa Memotovasi diri
* Optimistis
* Mengerti perasaan orang lain
* Pembelajar yang baik
* Lebih bertanggung jawab
* Mampu bertahan melawan tekanan
* Mampu menyelesaikan konflik dengan baik
* Memahami rasa putus asa dengan baik
* Tidak terlibat dalam perilaku yang merusak diri seperti narkoba, alkohol
* Memiliki lebih banyak teman
* Di sekolah, mereka lebih baik secara akademis dan mampu menciptakan suasana aman, nyaman, yang membuatnya lebih mudah untuk belajar.
Beberapa tips untuk orang tua.
* Emosional dan sosial anak dapat di tularkan; kita sebagai orangtua dapat membantu mewujudkan emosional dan sosial anak kita yang lebih baik.
* Semakin awal memulai pendidikan emosional lebih baik. Bersiaplah menemukan kebutuhan sosial dan emosional yang berbeda-beda dari ketika dia bayi, balita, menjadi remaja.
* Bantuan anak-anak mempelajari kata-kata untuk mengambarkan perasaan mereka.
* Cari mainan atau produk yang membantu anak-anak untuk membangun kompetensi emosional anak.
* Membicarakan tentang emosi secara terbuka, dan mencari peluang untuk mengajakan untuk mengajarkannya pada anak-anak.
* Ajarkan anak bagaimana mengelola emosi negatif, seperti marah, depresi dll.
* Pujilah anak-anak daslam upaya mereka dalam meningkatkan EQ.
* Ajarkan kompetensi emosional dengan cerita, dan membicarakan film atau website.
* Jadilah teladan. Anak-anak meniru kebiasaan orangtuanya.
Sumber: parents-and-kids.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar